Untuk mengetahui perbedaan antara ajaran Ahlussunnah wal
Jamaah dan firqah-firqah lainnya, dapat dilihat dari doktrin-doktrin yang
menonjol dan populer serta disepakati kalangan ulama Sunni, yaitu :
No.
|
Paham Ahlussunnah wal Jamaah
|
Paham firqah lainnya
|
1.
|
Allah
mempunyai sifat seperti mendengar (as-sam’u), mengetahui (al-ilmu), kuasa
(al-qudrah). Allah mendengar dengan sifat pendengaran, mengetahui dengan
sifat ilmu, berkuasa dengan sifat kuasa, dan seterusnya. Jadi disamping Allah
mempunyai dzat, juga mempunyai sifat. Dan sifat Allah itu tidak sama dengan
sifat makhlukNya.
|
Mu’tazilah : Tidak
mengakui sifat-sifat Allah, karena yang diakuinya hanyalah dzat Allah. Allah
mendengar, mengetahui, berkuasa, berkehendak, dan melihat dengan dzatNya.
Najariyah : Allah tidak
mempunyai sifat
Musyabbihah : Sifat-sifat
Allah sama dengan sifat-sifat makhlukNya
|
2.
|
Al-Qur’an
adalah kalam Allah (Firman Allah) dan bukan makhluk. Karena bukan makhluk,
maka al-Qur’an bersifat qadim. Al-Qur’an yang dimaksud adalah Kalam Allah
yang menyatu dengan dzatNya (Kalam Nafsi) bukan dalam bentuk lafadz yang di
tulis dalam mushaf seperti yang kita baca setiap hari.
|
Mu’tazilah : Al-Qur’an
adalah makhluk sama dengan makhlu-makhluk lain yang bersifat “baru” (hadits),
bukan bersifat “qadim”.
Khawarij : Al- qur’an
adalah makhluk.
|
3.
|
Perbuatan
manusia tidaklah diciptakan oleh manusia itu sendiri, melainkan diciptakan
oleh Allah atas kekuasaan dan kehendakNya yang mutlak. Namun dalam
perbuatannya itu manusia memiliki andil berupa al-Kasab (ikhtiyar atau
usaha), dan dengan al-Kasab inilah manusia memperoleh pahala atau dosa.
|
Jabariyah : Manusia
tidak mempunyai andil (ikhtiyar dan usaha) dalam perbuatannya, karena
semuanya telah diciptakan oleh Allah.
Qodariyah : Perbuatan
manusia diciptakan sendiri oleh manusia.
Mu’tazilah : Perbuatan
manusia dikehendaki dan diciptakan mutlak oleh manusia sendiri.
|
4.
|
Orang
mukmin yang melakukan dosa besar tidak kekal dalam neraka, karena yang kekal
di neraka hanyalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik. Allah Maha
Berkuasa dan Berkehendak, sehingga menjadi hak mutlakNya untuk mengampuni
atau tidaknya dosa para hambaNya yang beriman.
|
Mu’tazilah : Orang mukmin
yang melakukan dosa besar adalah Tidak kafir dan tidak muj’min, sehingga ia
tidak di neraka dan tidak di surga.
Khawarij : Orang Islam
yang melakukan dosa besar tidak lagi disebut muslim, sehingga dia harus dibunuh
dan kelak diakhirat harus masuk neraka.
|
5.
|
Allah
berkuasa mutlak dan tidak ada sesuatu yang wajib bagiNya. Allah bebas berbuat
sekehendakNya, sehingga jika Ia memasukkan semua manusia kedalam surga,
bukanlah Ia bersifat tidak adil. Demikian juga jika Ia memasukkan semua
manusia ke dalam neraka, tidaklah Ia bersifat dzalim.
|
Mu’tazilah : Allah pasti
Maha Adil dan tidak akan melanggar janjiNya. Perbuatan Allah terikat dan
dibatasi oleh janjiNya sendiri. Maka Allah wajib memberi pahala kepada orang
yang taat dan menyiksa orang yang berbuat maksiat, kecuali jika dia sudah
bertobat.
|
6.
|
Allah
dapat dilihat dengan mata kepala oleh ahli surga kelak di akhirat atas
kehendakNya dengan menciptakan kemampuan pengelihatan manusia untuk
melihatNya. Dengan demikian melihat Allah kelak di akhirat terjadi dalam
situasi yang sesuai dengan keadaan waktu itu, sehingga tidak dapat diketahui
dan dibayangkan bagaimana caranya.
|
Mu’tazilah : Allah tidak
dapat dilihat di akhirat, karena Dia bersifat immateri dan tidak menggambil
tempat.
Musyabihah : Allah dapat
dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala dan dalam arah serta cara
tertentu.
|
7.
|
Berpergian
untuk menziarahi makam Nabi dan para wali dengan mengharapkan barakah,
hukumnya boleh, karena tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Asalkan tidak
meyakini bahwa makam-makam itu yang memberi barakah, tetapi hanyalah Allah
SWT yang memberikan barakah.
|
Salafi : Perjalanan
ziarah ke makam Nabi di Madinah dan
makam para wali adalah perjalanan ma’shiyat.
Wahabi : Perjalanan
dengan maksud ziarah ke makam para wali adalah perjalanan maksiyat yang
bertentangan dengan syariat Islam.
|
8.
|
Berdo’a
dengan tawassul kepada para kekasih (wali) Allah itu tidak dilarang oleh
agama, bahkan dianjurkan, sebagai pilihan cara-cara berdo’a yang mu’tabar.
|
Salafi : Berdo’a
dengan tawassul adalah syirik.
Wahabi : Menyebut
nama Nabi, Syekh, Wali atau Malaikat sebagai perantara (wasilah) dalam do’a
adalah musyrik.
|
9.
|
Membangun
kubah dikuburan, khususnya pada makam para wali, ulama dan meletakkan kain di
batu nisan tidak dilarang dalam agama.
|
Wahabi : Membangun
kubah di atas kuburan dan meletakkan kain di batu nisan hukumnya haram.
|