twitter
rss



            Untuk mengetahui perbedaan antara ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dan firqah-firqah lainnya, dapat dilihat dari doktrin-doktrin yang menonjol dan populer serta disepakati kalangan ulama Sunni, yaitu :


No.
Paham Ahlussunnah wal Jamaah
Paham firqah lainnya




1.
Allah mempunyai sifat seperti mendengar (as-sam’u), mengetahui (al-ilmu), kuasa (al-qudrah). Allah mendengar dengan sifat pendengaran, mengetahui dengan sifat ilmu, berkuasa dengan sifat kuasa, dan seterusnya. Jadi disamping Allah mempunyai dzat, juga mempunyai sifat. Dan sifat Allah itu tidak sama dengan sifat makhlukNya.
Mu’tazilah : Tidak mengakui sifat-sifat Allah, karena yang diakuinya hanyalah dzat Allah. Allah mendengar, mengetahui, berkuasa, berkehendak, dan melihat dengan dzatNya.
Najariyah : Allah tidak mempunyai sifat
Musyabbihah : Sifat-sifat Allah sama dengan sifat-sifat makhlukNya



2.
Al-Qur’an adalah kalam Allah (Firman Allah) dan bukan makhluk. Karena bukan makhluk, maka al-Qur’an bersifat qadim. Al-Qur’an yang dimaksud adalah Kalam Allah yang menyatu dengan dzatNya (Kalam Nafsi) bukan dalam bentuk lafadz yang di tulis dalam mushaf seperti yang kita baca setiap hari.
Mu’tazilah : Al-Qur’an adalah makhluk sama dengan makhlu-makhluk lain yang bersifat “baru” (hadits), bukan bersifat “qadim”.
Khawarij : Al- qur’an adalah makhluk.




3.
Perbuatan manusia tidaklah diciptakan oleh manusia itu sendiri, melainkan diciptakan oleh Allah atas kekuasaan dan kehendakNya yang mutlak. Namun dalam perbuatannya itu manusia memiliki andil berupa al-Kasab (ikhtiyar atau usaha), dan dengan al-Kasab inilah manusia memperoleh pahala atau dosa.
Jabariyah : Manusia tidak mempunyai andil (ikhtiyar dan usaha) dalam perbuatannya, karena semuanya telah diciptakan oleh Allah.
Qodariyah : Perbuatan manusia diciptakan sendiri oleh manusia.
Mu’tazilah : Perbuatan manusia dikehendaki dan diciptakan mutlak oleh manusia sendiri.



4.
Orang mukmin yang melakukan dosa besar tidak kekal dalam neraka, karena yang kekal di neraka hanyalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik. Allah Maha Berkuasa dan Berkehendak, sehingga menjadi hak mutlakNya untuk mengampuni atau tidaknya dosa para hambaNya yang beriman.
Mu’tazilah : Orang mukmin yang melakukan dosa besar adalah Tidak kafir dan tidak muj’min, sehingga ia tidak di neraka dan tidak di surga.
Khawarij : Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak lagi disebut muslim, sehingga dia harus dibunuh dan kelak diakhirat harus masuk neraka.



   5.
Allah berkuasa mutlak dan tidak ada sesuatu yang wajib bagiNya. Allah bebas berbuat sekehendakNya, sehingga jika Ia memasukkan semua manusia kedalam surga, bukanlah Ia bersifat tidak adil. Demikian juga jika Ia memasukkan semua manusia ke dalam neraka, tidaklah Ia bersifat dzalim.
Mu’tazilah : Allah pasti Maha Adil dan tidak akan melanggar janjiNya. Perbuatan Allah terikat dan dibatasi oleh janjiNya sendiri. Maka Allah wajib memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa orang yang berbuat maksiat, kecuali jika dia sudah bertobat.




6.
Allah dapat dilihat dengan mata kepala oleh ahli surga kelak di akhirat atas kehendakNya dengan menciptakan kemampuan pengelihatan manusia untuk melihatNya. Dengan demikian melihat Allah kelak di akhirat terjadi dalam situasi yang sesuai dengan keadaan waktu itu, sehingga tidak dapat diketahui dan dibayangkan bagaimana caranya.
Mu’tazilah : Allah tidak dapat dilihat di akhirat, karena Dia bersifat immateri dan tidak menggambil tempat.
Musyabihah : Allah dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala dan dalam arah serta cara tertentu.



7.
Berpergian untuk menziarahi makam Nabi dan para wali dengan mengharapkan barakah, hukumnya boleh, karena tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Asalkan tidak meyakini bahwa makam-makam itu yang memberi barakah, tetapi hanyalah Allah SWT yang memberikan barakah.
Salafi : Perjalanan ziarah  ke makam Nabi di Madinah dan makam para wali adalah perjalanan ma’shiyat.
Wahabi : Perjalanan dengan maksud ziarah ke makam para wali adalah perjalanan maksiyat yang bertentangan dengan syariat Islam.


8.
Berdo’a dengan tawassul kepada para kekasih (wali) Allah itu tidak dilarang oleh agama, bahkan dianjurkan, sebagai pilihan cara-cara berdo’a yang mu’tabar.
Salafi : Berdo’a dengan tawassul adalah syirik.
Wahabi : Menyebut nama Nabi, Syekh, Wali atau Malaikat sebagai perantara (wasilah) dalam do’a adalah musyrik.

9.
Membangun kubah dikuburan, khususnya pada makam para wali, ulama dan meletakkan kain di batu nisan tidak dilarang dalam agama.
Wahabi : Membangun kubah di atas kuburan dan meletakkan kain di batu nisan hukumnya haram.

0 comments:

Post a Comment